Menteri PANRB Rini Widyantini bersama Utsus Presiden Raffi Ahmad dalam kegiatan Selasa Sharing (Selasar) Edisi Kedua, di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
JAKARTA – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) menggelar Selasa Sharing (Selasar) Edisi Kedua, di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Selasa (17/6/2025). Selasar Edisi Kedua menghadirkan Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad.
Menteri PANRB Rini Widyantini menyebutkan bahwa capaian Raffi Ahmad di usianya yang masih muda tak hanya menjadi inspirasi. “Tapi peluang untuk membangun kolaborasi berkelanjutan antara ASN muda dan dunia kreatif untuk mewujudkan birokrasi yang lebih segar, relevan, dan berdampak,” ujarnya.
Meski terlihat sangat berbeda, Menteri Rini menilai terdapat kesamaan tujuan antara dunia seni dan birokrasi, yakni melayani publik. ASN tidak cukup hanya menjadi pelaksana regulasi, tapi juga mampu berperan sebagai komunikator publik yang membangun kepercayaan masyarakat melalui cara-cara yang lebih humanis, kreatif, dan inspiratif.
“Melalui kegiatan Selasar ini saya berharap bisa menjadi booster motivasi bagi kita, sehingga melayani publik bisa dilakukan dengan cara-cara yang kreatif dan menyenangkan. Serta semakin terbuka pula ruang kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah dan sektor kreatif,” ungkapnya.
Raffi Ahmad, yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia hiburan, kini dipercaya menjadi Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni. Sebuah kesempatan baginya untuk menjadi pembawa pesan kepada anak muda agar turut membenahi birokrasi di negeri ini.
“Kita dan para stakeholder terkait harus bekerja sama untuk memperbaiki kinerja birokrasi yang berorientasi kepada hasil. Hasil ini juga harus berbanding lurus dengan waktu yang dihabiskan. Maka mindset kita harus kerja cerdas, tak hanya kerja keras,” kata pria asal Bandung ini.
Tak hanya itu, menjadi ASN di masa kini dituntut untuk adaptif terhadap perubahan zaman dan juga teknologi. Sharing knowledge antar-generasi menurutnya menjadi kunci agar adaptasi bisa berhasil.
“Yang penting sopan dan kedepankan adab. Mau sepinter apa, mau sehebat apa, mau ilmu pendidikan setinggi apapun, tapi ilmu kehidupan itu jauh lebih penting dari segalanya. Adab, sopan santun, saling menghormati, dan simpati terhadap sesama,” ungkapnya.
Meraih berbagai prestasi di usia yang masih terbilang muda disebutnya sebagai hasil kerja kerasnya sedari muda. Namun demikian hal tersebut tak lepas dari doa orang tuanya. Baktinya terhadap orang tua menjadi kunci utama keberhasilan yang diraihnya saat ini.
Ia pun tidak mudah berpuas diri. Menjadi “bintang” bukanlah tujuan akhirnya, tapi menjadi “langit” adalah prinsip hidupnya.
“Saya tidak mau jadi bintang, cita-cita saya jadi langit. Jadi saya bisa menempelkan bintang-bintang di langit saya sendiri. Maka, jangan cepat berpuas diri karena kita sudah mencapai tujuan kita. Tetaplah mencari hal-hal yang bisa dikembangkan, jangan pernah berhenti belajar,” pungkasnya. (HUMAS MENPANRB)