Pin It

20250610 Wamendikdasmen Peringatkan Brain Rot Serukan Batasi Gawai untuk AnakWakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haqdalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) Tahap 2, yang digelar oleh Direktorat PAUD, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. (Foto: Dok Kemendikdasmen)

 

Jakarta, InfoPublik — Wacana tentang risiko penggunaan gawai berlebihan kembali mencuat setelah Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, memperingatkan bahaya serius fenomena ‘brain rot’ pada anak usia dini. Istilah ini merujuk pada penurunan stimulasi intelektual, emosional, dan sosial akibat paparan digital yang berlebihan.

Peringatan ini disampaikan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) Tahap 2, yang digelar oleh Direktorat PAUD, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

“Sebanyak 33,4 persen anak usia 0–6 tahun telah terbiasa menggunakan gawai, bahkan 25 persen di antaranya berada di usia 0–4 tahun. Ini bukan angka kecil. Ini gejala tsunami digital yang menyerang pondasi awal perkembangan anak-anak kita,” ujar Fajar, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (9/6/2025).

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa masa usia dini adalah fase krusial untuk tumbuh kembang anak yang optimal, yang seharusnya lebih banyak diisi oleh interaksi fisik, komunikasi langsung, dan stimulasi multisensorik—bukan oleh layar ponsel atau tablet. “Kita tidak bisa menggantikan pelukan dengan emoji, atau suara orang tua dengan video edukasi,” ujarnya.

Menurut Wamendikdasmen, penyelesaian persoalan ini tidak bisa hanya mengandalkan sekolah atau satuan PAUD. Ia mengajak fasilitator PAUD HI menjadi aktor perubahan yang mampu menyampaikan pesan literasi digital kepada orang tua, pendidik, dan masyarakat luas.

“Jika kita ingin membentuk generasi emas 2045, kita tidak bisa membiarkan otak mereka tumpul sejak kecil karena kelalaian kita hari ini,” katanya.

Ia juga menyoroti pentingnya pelibatan lintas sektor—dari bidang kesehatan, sosial, hingga pemberdayaan masyarakat—untuk mendukung ekosistem PAUD yang sehat, berkualitas, dan berkelanjutan.

Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Nia Nurhasanah, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat peran fasilitator sebagai penggerak di daerah. "Setelah pelatihan, fasilitator diharapkan dapat langsung menyusun program pendampingan di wilayah masing-masing. Kami akan monitoring pelaksanaannya secara berkala," jelas Nia.

Kegiatan ini diikuti oleh 134 peserta dari 9 provinsi dan 25 kabupaten/kota, yang terdiri dari pejabat bidang PAUD dan fasilitator daerah. Seluruh peserta menunjukkan komitmen penuh dengan hadir selama tiga hari pelatihan.